Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Terpusat
Sistem sanitasi terpusat, yang biasanya dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan swasta resmi, mengalirkan black dan grey water sekaligus. Berdasarkan Draf SPM, sistem ini dinilai cocok untuk kota dengan kerapatan penduduk lebih besar dari 300 orang/hektar. Faktanya, memang kota-kota sudah tidak cocok lagi mendapatkan sistem pelayanan sanitasi setempat.
Sistem sanitasi terpusat dan hibrida umumnya menyertakan WC gelontor (bukan WC simbur) yang tersambung ke saluran limbah. Untuk sistem hibrida (semisal small bore sewer), WC tersambung melalui tangki pencegat (interseptor). Air kotoran manusia (black water) dan air limbah rumah tangga (grey water) umumnya digabungkan di satu tempat (bak kontrol), dan dibuang ke saluran melalui satu sambungan rumah. Perhatian khusus harus diberikan untuk mencegah air limpasan masuk kedalam saluran. Di daerah dengan curah hujan tinggi, air limpasan yang masuk ke saluran limbah akan menimbulkan beban lebih besar pada saluran
ataupun IPAL. Tidak mustahil, bahkan air limbah akhirnya meluap melalui lubang manholes yang ada. Fungsi IPAL tentu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menurunkan berbagai polutan yang ada di dalam air limbah. Tujuannya, agar sesuai dengan baku mutu air limbah terolah yang ada, sebelum air digunakan kembali ataupun dikembalikan ke alam.
Sistem penyaluran air limbah (SPAL) adalah saluran air limbah dan sarana pengolahan yang mengumpulkan, mengalirkan dan mengolah kotoran manusia dan air limbah.
SPAL terdiri dari:
- Sistem pengumpulan pribadi di rumah (halaman) yang tersambung ke bak kontrol/inspeksi (sambungan rumah).
- Sistem pengumpulan lokal (pipa servis/service pipe).
- Pengaliran (pengangkutan) seperti halnya pipa interseptor dan trunk sewer, yang juga menyertakan stasiun pompa dan truk tangki.
- Instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
SPAL berbasis masyarakat (di kawasan peri-urban dan perdesaan), di Indonesia telah dikembangkan sistem sanitasi berbasis masyarakat yang diprakarsai oleh WSP-EPA bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Borda (LSM Jerman), dan LSM lokal. Sejauh menyangkut sistem pengumpulan (jika direncanakan sebagai off-site system), prinsip desain tidak jauh berbeda dari sistem saluran limbah kondominial di Brasil. Namun, sistem Sanimas tidak tersambung ke SPAL dan IPAL publik karena dikelola oleh warga. Sistem seperti ini memiliki IPAL sendiri yang umumnya menggunaan teknologi anaerobic baffled reactor, yang terkadang menggunakan digester untuk koleksi biogas dari black water yang dihasilkan.
Dalam tahun-tahun terakhir, ratusan sistem sanitasi berbasis masyarakat ini telah dibangun untuk menyediakan layanan sanitasi terpusat dan setempat bagi masyarakat berpenghasilan rendah di pinggiran perkotaan. Sistem sanitasi ini mampu melayani 50 hingga 200 kepala keluarga di daerah.
Desain dan Proses
ABR dirancang agar alirannya turun naik seperti terlihat pada gambar. Aliran seperti ini menyebabkan aliran air limbah yang masuk (influent) lebih intensif terkontak dengan biomassa anaerobik, sehingga meningkatkan kinerja pengolahan. Penurunan BOD dalam ABR lebih tinggi daripada tangki septik, yaitu sekitar 70-95%. Perlu dilengkapi saluran udara. Untuk operasi awal perlu waktu 3 bulan untuk menstabilkan biomassa di awal proses.
Pemeliharaan
Busa dan lapisan kotoran (scum) akan rusak jika terlalu tebal. Karena itu, pengendalian padatan harus dilakukan untuk setiap ruang (kompartemen). Lumpur atau endapan harus dibuang setiap 2–3 tahun dengan memakai truk penyedot tinja.
Aplikasi dan Efisiensi
• Cocok untuk semua macam air limbah, seperti air limbah permukiman, rumah-sakit, hotel/penginapan, pasar umum, rumah potong hewan (RPH), industri makanan. Semakin banyak beban organik, semakin tinggi efisiensinya.
• Cocok untuk lingkungan kecil. Bisa dirancang secara efisien untuk aliran masuk (inflow) harian hingga setara dengan volume air limbah dari 1000 orang (200.000 liter/hari).
• ABR terpusat (setengah-terpusat) sangat cocok jika teknologi pengangkutan sudah ada.
• Tidak boleh dipasang jika permukaan air tanah tinggi, karena perembesan (infiltration) akan memengaruhi efisiensi pengolahan dan akan mencemari air tanah.
• Truk tinja harus bisa masuk ke lokasi.
• Digunakan pada beberapa lokasi Sanimas dan MCK di Indonesia.
Pro
+ Tahan terhadap beban kejutan hidrolis dan zat organik.
+ Tidak memerlukan energi listrik.
+ Grey water dapat dikelola secara bersamaan.
+ Dapat dibangun dan diperbaiki dengan material lokal yang tersedia.
+ Umur pelayanan panjang.
+ Penurunan zat organik tinggi.
+ Biaya investasi dan operasi moderat.
Kontra
- Memerlukan sumber air yang konstan.
- Efluen memerlukan pengolahan sekunder atau dibuang ke tempat yang cocok.
- Penurunan zat patogen rendah.
- Pengolahan pendahuluan diperlukan untuk mencegah
penyumbatan.
Referensi
1. Compendium of Sanitation Systems and Technologies.
2. Philippines Sanitation Sourcebook and Decision Aid.
3. Evaluation of existing low cost conventional as well as innovative santitation system and technologies.